ESAI: GURU PENENTU KEBERHASILAN SISWA
GURU PENENTU KEBERHASILAN SISWA
Ada pertanyaan yang tertuju kepada
seorang guru. Pertanyaan itu adalah “ Apa yang sudah kau lakukan sebagai
seorang guru ? Berhasilkah murid-muridmu dalam kehidupan mereka ?” Dua
pertanyaan tersebut, diberikan jawaban,” Saya sebagai guru dan yang saya
peroleh dari bangku kuliah itu yang saya berikan. Saya tidak mau disalahkan
kalau murid-murid saya gagal dalam kehidupannya, karena saya bukan satu-satunya
guru mereka. Banyak guru yang lain. Selain itu, jangan lupakan bahwa mereka
memunyai orang tua dan lingkungan masyarakat yang ikut menentukan kehidupan
mereka.”
Dua
pertanyaan yang diajukan di atas, bisa dikatakan sebagai pertanyaan yang secara
implisit mempertanyakan kualitas guru secara professional dan tuntutan guru untuk
dapat mengantarkan anak-anak didik menuju pada kehidupan yang baik di kemudian
hari. Kalaupun jawaban sang guru seperti yang sudah dijelaskan, sah-sah saja.
Sang guru merasa sudah melakukan tugas kompetensi sebagai guru, sesuai dengan
bekal yang diperoleh dari bangku kuliah. Bila anak-anak didik mengalami
kegagalan dalam kehidupannya, sang guru merasa bukan satu-satunya penyebab hal
tersebut. Bagaimana ?
Kompetensi
seorang guru diperoleh seorang calon guru yang menempuh pendidikan di perguruan
tinggi. Calon guru tersebut ditempa dengan ilmu pengetahuan berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Selama empat tahun, calon guru tersebut berusaha
memahami dan menjiwai bekal yang diberikan dosennya. Ketika pendidikan guru
akan selesai, calon guru harus menunjukkan kompetensi mengajar di kelas dan
menulis karya ilmiah berupa skripsi. Setelah itu, barulah status sebagai guru
telah disandangnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa untuk
menjadi seorang guru di berbagai jenjang pendidikan tidaklah mudah. Beberapa
proses harus dilalui. Ketika menyandang status sebagai guru, kualitasnya telah
dijamin oleh perguruan tinggi. Barulah dalam perjalanan selanjutnya, ketika
berhadapan dengan para siswa dengan berbagai karakter, potensi, dan kecerdasan,
guru memang harus membuka cakrawala wawasannya lebih luas. Perpaduan bekal
sebagai guru dari perguruan tinggi dan adaptasi terhadap kenyataan yang
dihadapinya dalam proses pembelajaran, harus dilakukan guru. Siswa adalah
manusia yang memunyai aspek kognitif, sosial, emosi, spiritual, dan lainnya,
tidak dapat diperlakukan sama oleh guru. Bagaimana guru bisa mengupayakan
terjadi transformasi ilmu kepada para siswanya dengan mudah. Hal itu berarti
guru dituntut untuk aktif dan dinamis,
dengan menambah kualitas kompetensinya. Beberapa cara dapat ditempuh, misalnya
dengan menambah referensi membaca dan mengajar, melanjutkan pendidikan strata
selanjutnya ke perguruan tinggi, memunyai kelompok guru mata pelajaran untuk
selalu bertukar informasi dan pengetahuan, dan masih banyak yang lain.
Keberhasilan
siswa dalam kehidupannya juga sebenarnya tidak lepas dari peran seorang guru.
Pengamat pendidikan mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan dapat dilihat
dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang. Sekarang cobalah lihat bagaimana
karakter masyarakat Indonesia saat ini. Moral dan pandangan hidup masyarakat
Indonesia tidak lebih baik. Banyak terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam
berbagai aspek kehidupan. Kalau menggunakan pandangan ahli tentang keberhasilan
pendidikan, bisa kita lihat , bagaimana pendidikan sepuluh tahun yang lalu dari
berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Guru sebagai pelaku pendidikan di
sekolah, melakukan tugasnya berdasarkan pedoman kurikulum yang ditetapkan
pemerintah. Jadi, dalam hal ini pemerintah memang memunyai peran dalam
pendidikan. Guru sebagai pelaku tunggal pengajar di kelas, memang pemegang
tanggung jawab tunggal terhadap keberhasilannya membimbing anak-anak didik.
Bila anak-anak tidak berhasil, gurulah yang bersalah. Kesalahan guru dapat
meliputi ketika mengajar di kelas tidak ada persiapan (guru tidak membuat
perangkat mengajar), tidak menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan,
tidak tepat dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran di kelas,
membuat soal-soal evaluasi yang tidak sesuai atau tidak berdasar kisi-kisi
soal, tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai, dan sebagainya.
Kesalahan guru tersebut bila berlangsung rutin (setiap mengajar di kelas),
dapat dibayangkan dampaknya pada anak-anak didik. Kompetensi siswa tidak akan
terbentuk dengan baik sehingga akan memengaruhi dalam kehidupannya seumur
hidup. Kalau berkaitan dengan kegagalan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
siswa akan tidak terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketika
siswa tersebut nantinya berprofesi sebagai psikiater, ia akan bermasalah saat
menyimak keluhan pasien. Lain lagi saat profesinya sebagai pengacara, ia akan
bermasalah dalam hal berkomunikasi lisan. Saat berprofesi sebagai dosen, siswa
tersebut akan mengalami masalah ketika harus membaca buku dan menulis karya
ilmiah. Dengan demikian dapat disimpulkan, guru ikut menentukan keberhasilan
siswa.
Keberhasilan
pembelajaran di kelas, tidak lepas dari pemahaman guru terhadap karakter
anak-anak didik. Guru secara ikhlas dapat memberikan motivasi kepada anak-anak
didik yang membutuhkannya, yang terkadang tidak diperolehnya dari orang tua
maupun lingkungan keluarganya. Pahamilah kecerdasan mereka! Pahamilah
kecenderungan otak kanan dan otak kirinya ! Pahamilah juga jenis modalitas belajar
mereka, apakah visual, audio, atau kinestetik ? Dari ketiga hal tersebut, guru
dengan cerdas dapat menentukan strategi
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan,
kecenderungan otak kanan dan kirinya, serta modalitas belajar para siswa. Guru
yang baik akan melakukan hal-hal yang terbaik untuk anak-anak didiknya.
Janganlah menjunjung subjektivitas diri terhadap karakter dan kemampuan siswa.
Ukurlah siswa berdasarkan takarannya.
Peran
guru terhadap keberhasilan siswa tidak lepas dari sistem yang berlaku di
sekolah. Sekolah harus ikut mengondisikan keberlangsungan pendidikan yang baik
bagi para anak didik. Tidak akan berarti ada guru berkualitas tetapi sekolah
tidak memunyai sistem yang mendukung. Begitu pula sebaliknya, tidak berarti
bila sistem pendidikan di sekolah sudah baik tetapi gurunya nol besar. Keduanya
harus saling mendukung. Hal tersulit dapat dialami guru karena sekolah tidak
menciptakan kultur akademik yang seharusnya. Guru mau tidak mau memang harus
mematuhi peraturan kepegawaian yang berlaku di sekolah, tempatnya mengajar
(bekerja).
Para
orang tua juga tidak boleh egois, dengan menyalahkan guru ketika anak-anaknya
gagal. Orang tua seharusnya memunyai sikap “gayung bersambut ”. Apa pun yang
diberikan oleh guru dan pemberlakuan sistem pendidikan di sekolah, orang tua
harus meneruskannya dan melanjutkannya di lingkungan keluarga. Sesungguhnya
hakikat pendidikan adalah ajaran-ajaran orang tua yang disampaikan kepada anak
dan dilakukan di lingkungan keluarga. Ingatlah bahwa anak adalah aset yang
sangat berharga. Berkaitan dengan pendidikan yang harus diperoleh anak secara
formal, pilihkan sekolah terbaik yang di dalamnya terdapat guru-guru yang baik
pula. Jangan sampai sesal datang di kemudian hari.
Kebijakan
pemerintah juga sangat menentukan penciptaan anak bangsa yang berkualitas.
Teruslah untuk selalu menganalisa dan mengevaluasi kebijakan pendidikan yang
telah ada. Jangan berhenti. Kebijakan pemerintah untuk menentukan kriteria guru
professional yang harus dikuatkan dengan kepemilikan sertifikat pendidik
profesional, termasuk kebijakan yang membuat para guru berlomba-lomba
meningkatkan kompetensinya. Pemerintah juga sudah bijak dengan memberikan
jaminan kesejahteraan terhadap guru yang bersertifikat. Kebijakan untuk sekolah
pun harus tetap diperhatikan, seperti berbagai status sekolah, sistem
akreditasi sekolah, dan sebagainya.
Harapan
terbaik dari orang tua, guru, sekolah, dan pemerintah adalah terciptanya
anak-anak bangsa yang berkualitas, berakhlak yang baik, dan mampu membangun
karakter bangsa yang kuat di kehidupan mendatang.
ESAI: GURU PENENTU KEBERHASILAN SISWA
Reviewed by agustin
on
Mei 09, 2017
Rating:
Tidak ada komentar