KARYA ILMIAH INOVASI PEMBELAJARAN:PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN EXPLANATION ANDROID SEBAGAI PENDAMPING SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO KELAS XI MIA 3 TAHUN PELAJARAN 2015/2016 UNTUK TERAMPIL MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS DALAM MAPEL BAHASA INDONESIA
PEMANFAATAN MEDIA
PEMBELAJARAN EXPLANATION ANDROID
SEBAGAI PENDAMPING SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO
KELAS XI MIA 3 TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
UNTUK TERAMPIL MENULIS
TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS
DALAM MAPEL BAHASA
INDONESIA
INOVASI
MEDIA PEMBELAJARAN
OLEH
SITI AGUSTINI
MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH SIDOARJO
SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO
JL. MAJAPAHIT NO. 666 B
MARET 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mata pelajaran Bahasa Indonesia dipelajari di
sekolah. Suatu mata pelajaran untuk meningkatkan kompetensi berbahasa.
Kompetensi berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tidak
terkecuali saat pemberlakuan Kurikulum 2013. Empat kompetensi berbahasa
tersebut dipelajari, baik terpisah maupun terpadu. Khusus untuk SMA, dapat
dilihat kompetensi dasarnya dalam
silabus.
Salah satu kompetensi dasar adalah memproduksi jenis
teks tertentu. Memproduksi ini dapat disamakan dengan menulis. Kenyataan di
lapangan, hasil menulis siswa masih berkualitas rendah. Hal tersebut dialami
oleh siswa-siswa kelas XI MIA 3 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo tahun pelajaran
2015/2016. Saat memproduksi jenis teks cerita pendek dan teks cerita ulang pada
semester ganjil, hasilnya tidak memuaskan. Hal-hal seperti tidak tepatnya
struktur dan kaidah bahasa teks tertentu, penggunaan diksi, ejaan, tanda baca,
keruntutan ide tulisan, koherensi, dan lain-lain, didapati pada hasil menulis
siswa-siswa tersebut.
Diketahui bahwa sebagian besar siswa-siswa kelas XI MIA
3 memiliki kecerdasan interpersonal dan kinestetis. Modalitas belajarnya audio
visual. Artinya, siswa-siswa ini cenderung lebih suka dengan pelajaran yang
lebih suka berkelompok dan bergerak bebas. Mereka akan lebih mudah memahami
materi pelajaran dengan mendengarkan dan melihat. Berdasarkan hal tersebut,
masalah-masalah penguasaan aspek kebahasaan yang terjadi pada siswa memang
tidak lepas dari kurang tepatnya guru menerapkan pembelajaran di kelas.
Mapel Bahasa Indonesia bisa sangat membosankan
siswa. Apalagi dalam kurikulum 2013, siswa harus memelajari berbagai jenis
teks. Siswa harus membaca banyak jenis teks dari buku teks siswa yang
diterbitkan oleh negara. Bila guru sudah berusaha menggunakan metode mengajar
dengan konsep konstruktivisme, sesungguhnya pembelajaran dapat berjalan dengan
baik. Siswa berperan aktif dan guru hanya sebagai fasilitator. Siswa juga tidak
akan jenuh belajar Bahasa Indonesia. Namun bila hasil belajar siswa belum
maksimal, guru perlu berpikir kembali. Ada kemungkinan penggunaan media
pembelajaran yang kurang intensitas dan tidak variatif. Selama ini guru
menggunakan slide power point yang memuat konsep materi dan video
sebagai media pembelajaran. Fasilitas e-learning di sekolah telah tersedia,
namun terkadang guru masih memiliki kendala paket internet dan wi-fi
sekolah. Demikian pula yang terjadi pada siswa.
Oleh sebab itu, guru mulai berpikir untuk
menggunakan ponsel android sebagai media pembelajaran. Jenis ponsel ini
dimiliki oleh semua siswa, sehingga guru memperkirakan tidak ada kendala saat
menggunakannya. Siswa juga tidak mengalami kejenuhan dalam belajar, serta guru
terbantu dalam hal mendampingi siswa untuk memahami konsep pembelajaran. Guru
mulai menggunakan media ponsel android ini dalam kompetensi dasar memproduksi
teks eksplanasi kompleks. Jenis teks ini mengharuskan siswa menulis proses
fenomena alam, sosial, atau budaya. Dalam hal ini, siswa membutuhkan referensi
berupa materi yang berkaitan dengan fenomena alam, sosial, atau budaya. Selain
itu, referensi contoh teks eksplanasi kompleks dan panduan kaidah ejaan yang
disempurnakan, juga sangat dibutuhkan siswa sebagai pendamping. Guru berharap hasil
belajar siswa maksimal. Teks eksplanasi yang diproduksi para siswa baik,
dilihat dari struktur, kaidah kebahasaannya, dan aspek-aspek kebahasaannya.
B. Tujuan
1. Menjelaskan pembuatan media
pembelajaran Explanation Android yang digunakan sebagai pendamping siswa
kelas XI MIA 3 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo tahun pelajaran 2015/2016 untuk
terampil menulis teks eksplanasi kompleks dalam mapel bahasa Indonesia
2. Menjelaskan pemanfaatan media
pembelajaran Explanation Android yang digunakan sebagai pendamping siswa
kelas XI MIA 3 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo tahun pelajaran 2015/2016 untuk
terampil menulis teks eksplanasi kompleks dalam mapel bahasa Indonesia.
D. Manfaat
1. Membantu peran guru sebagai pendamping
para siswa dalam menulis teks eksplanasi kompleks
2. Membantu siswa untuk dapat terampil
menulis teks eksplanasi kompleks, sesuai dengan struktur, kaidah kebahasaan,
dan aspek-aspek kebahasaannya.
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A. Pengertian Menulis
Salah
satu keterampilan berbahasa adalah menulis. Keterampilan ini merupakan
keterampilan berbahasa terakhir sesudah lainnya, seperti keterampilan menyimak,
berbicara, dan membaca.
Suparno
(2008: 3) berpendapat tentang arti menulis, pesan, dan tulisan. Ketiganya saling
berkait. Menulis dapat diartikan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Adapun pesan
merupakan isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Makna tulisan sendiri
adalah sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya.
Pendapat
Suparno tentang pengertian menulis, pesan, dan tulisan, selanjutnya dapat
mengantarkan suatu pemahaman. Bila seseorang sedang menulis, berarti orang itu
sebenarnya ingin menyampaikan pesan kepada orang lain. Pesan tersebut
disampaikan secara tertulis. Akhirnya terjadi komunikasi dengan bahasa tulis.
Komunikasi ini melibatkan 4 unsur: penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau
isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima
pesan.
B. Hubungan Menulis dengan Keterampilan
Berbahasa yang Lain
B.1 Hubungan Menulis dengan Membaca
Menulis
dan membaca merupakan kegiatan berbahasa tulis. Goodman dkk. (1987) dan Tierney
(1983) dalam Suparno dkk. (2008: 7) berpendapat bahwa baca-tulis adalah suatu
kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis.
Penulis
sebagai pembaca dapat dipahami ketika penulis melakukan aktivitas menulis,
sesungguhnya saat itu juga berperan sebagai pembaca. Penulis membaca
karangannya sendiri. Penulis membayangkan dirinya sebagai pembaca. Ia dapat
menilai apakah tulisannya layak, menarik, dan enak dibaca. Selain itu, penulis
akan membaca karya orang lain. Hal itu dilakukan penulis, tak lain untuk
memeroleh ide dan informasi, menemukan, memperjelas, dan memecahkan masalah.
Demikian
pula arti pembaca sebagai penulis. Ketika seseorang sedang membaca,
sesungguhnya ia juga melakukan aktivitas yang dilakukan penulis. Ia akan
menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan, kejelasan uraian,
mengorganisasikan bacaan, memecahkan masalah, dan memerbaiki simpulan
bacaannya. Selain itu, pembaca akan menganalisis bacaan dengan membayangkan
maksud atau pesan penulis buku yang dibacanya.
B.2 Hubungan Menulis dengan Menyimak
Berbagai
sumber informasi dibutuhkan penulis. Sumber tersebut tidak hanya diperoleh dari
tulisan atau sumber tertulis, tetapi dapat juga diperoleh dari sumber lisan.
Contohnya, pidato, wawancara, diskusi, radio, televisi, dan masih banyak yang
lainnya. Sumber lisan tersebut diperoleh dengan kegiatan menyimak.
Penulis
dalam kegiatan menyimak, tidak hanya memeroleh informasi. Suparno dkk. (2008:8)
mengatakan saat menyimak, penulis dapat memeroleh inspirasi tentang tata saji
dan struktur penyampaian lisan yang menarik untuk diaplikasikan dalam
tulisannya.
B.3 Hubungan Menulis dengan Berbicara
Menulis dan
berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif- produktif. Hal
tersebut berarti penulis dan pembicara memiliki peran sebagai penyampai atau
pengirim pesan kepada orang lain. Topik, tujuan, dan jenis informasi yang akan
disampaikan harus ditentukan. Tidak terkecuali cara penyampaiannya yang harus
disesuaikan dengan situasi sasaran (pembaca atau pendengar). Jenis teks yang
ditulis juga perlu diperhatikan. Suparno, dkk. menjelaskan perbedaannya dalam
tabel berikut:
Aspek Pembeda
|
Berbicara
|
Menulis
|
Cara
|
1.
Komunikasi terjadi secara langsung, pembicara dan penyimak bersemuka
2.
Pembicara tampil langsung dengan segala kelebihan dan kekurangannya
3.
Tanggapan penyimak dapat ditangkap secara langsung saat itu juga
4.
Berdasarkan tanggapan itu, pembicara secara langsung dapat segera mengubah
atau memperbaiki pembicaraannya
|
1.
Komunikasi terjadi tidak langsung, penulis dan pembaca tersekat ruang dan
waktu
2.
Penulis tampil setelah tulisannya dianggap siap. Dia memiliki waktu yang
cukup leluasa untuk menyiapkan tulisan sebaik-baiknya
3.
Tanggapan pembaca terhadap tulisannya tidak dapat diperoleh seketika
4.
Penulis tidak dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahan tulisan yang
dipublikasikan dengan cepat.
|
Media
|
1.
Pembicara mengungkapkan pesannya secara lisan
2.
Dalam berbicara, unsure nonverbal seperti suara, mimik, pandangan, dan gerak
dapat secara langsung digunakan untuk memperjelas, mempertegas, dan menarik
perhatian penyimak
|
1.Penulis
menyampaikan pesannya secara tertulis
2.
Dalam menulis, penulis hanya dapat menggunakan gambar atau ilustrasi, gaya
dan racikan bahasa, serta kaidah penulisan untuk memperjelas, mempertegas,
dan menarik perhatian pembaca.
|
Perbedaan
di atas berdampak terhadap ragam bahasa yang digunakan. Ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis yang dimaksud, untuk membedakan berbicara dan menulis.
Adapun perbedaan dua ragam bahasa tersebut, terletak pada 3 hal, yaitu: suasana
berbahasa, unsur-unsur nonverbal, dan sajian ide atau gagasan.
Ketika
seseorang berbahasa tulis, orang lain yang diajak berbahasa tidak berada di
tempat. Implikasinya, bahasa yang digunakan tentunya harus lebih jelas.
Unsur-unsur nonverbal juga tidak dapat digunakan. Oleh sebab itu, ragam bahasa
tulis digunakan secara cermat. Fungsi gramatik, seperti subjek, predikat, objek,
serta hubungan masing-masing fungsi tersebut harus nyata. Berbeda dengan
seseorang yang berbahasa lisan, pembicara dan penyimak dapat bersemuka.
Kadang-kadang fungsi gramatik ditanggalkan. Itulah maksud suasana berbahasa.
Unsur-unsur
nonverbal seperti tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lemahnya suara, biasa menyertai
pembicaraan. Unsur-unsur tersebut sulit dilambangkan dalam bahasa tulis. Memang
ada ejaan dan pungtuasi dalam bahasa tulis, hanya sangat terbatas untuk dapat
mewakili unsur-unsur nonverbal saat berbahasa lisan. Dalam hal ini, penulis
harus mencari cara dan pola pengungkapan yang sesuai dengan hal yang dimaksud.
Berkait
dengan sajian ide atau gagasan, tidak jelas saat seseorang berbahasa lisan.
Justru saat seseorang berbahasa tulis, ide atau gagasan sangat jelas terlihat. Judul,
subjudul, rincian, paragraf, dan kalimat transisi adalah unsur-unsur yang dapat
menandai perpindahan dan hubungan antargagasan.
Simpulan
tentang penggunaan ragam bahasa pun dapat diambil. Masing-masing ragam bahasa
harus tepat dalam pemakaiannya. Ragam lisan untuk wacana lisan, dan ragam tulis
untuk wacana tulis.
C. Menulis
sebagai kegiatan proses
Kegiatan
menulis harus memenuhi beberapa syarat yang tidak dilakukan pada kegiatan
berbahasa lainnya. T. Hedge (1988) dalam Syukur Ghazali (2010: 293) mengatakan
agar penulisan bisa efektif, syarat-syarat menulis harus dipenuhi.
Syarat-syarat itu adalah: pengorganisasian yang ketat pada pengembangan ide dan
informasi, tingkat akurasi yang tinggi agar tidak ada keraguan makna,
penggunaan sarana-sarana tatabahasa yang kompleks agar bisa membuat pembaca
terfokus pada penekanan-penekanan yang diberikan penulis, dan pemilihan
kosakata, pola tatabahasa, dan struktur kalimat agar bisa menciptakan gaya yang
sesuai bagi tema dan bagi pembacanya nanti.
Syarat-syarat
menulis yang sudah dijelaskan menandakan bahwa menulis membutuhkan proses.
Serangkaian aktivitas menulis, menurut Suparno, dkk. (2008: 14) melibatkan fase
prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan
pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Boleh dikatakan
berdasarkan fase-fase menulis itu bahwa menulis adalah suatu proses yang
kemampuan, pelaksanaan, dan hasilnya diperoleh secara bertahap.
Ketiga
fase penulisan tidaklah dipandang kaku, selalu berurut, dan
terpisah-pisah.Urutan dan batas antarfase sangatlah luwes, bahkan dapat
tumpang-tindih. Artinya, saat menulis kita boleh melakukan aktivitas yang terdapat
pada setiap fase secara bersamaan.
Fase-fase
menulis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap
Prapenulisan
Fase
persiapan menulis ini ibarat pemanasan bagi orang yang berolahraga. Memang
umumnya, seorang penulis belum atau tidak pernah memiliki pengetahuan atau ide
yang benar-benar lengkap, siap, dan tersusun secara sistematis mengenai topik
yang ditulisnya. Oleh sebab itu, seseorang dapat mencari tambahan informasi,
memilih dan mengolahnya, serta mensistematiskannya, agar tulisan menjadi tajam,
tidak dangkal, kaya, tidak kering, teratur, dan enak dibaca.
Seseorang
bisa memulai dengan memilih topik. Berlanjut dengan menetapkan tujuan dan
sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta
mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. Paparannya
berikut ini:
1.1.
Menentukan topik
Topik
adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai tulisan. Beberapa
kendala ketika seseorang hendak menentukan topik adalah tidak memiliki ide sama
sekali, sangat banyak topik yang dapat dipilih, atau terlalu ambisius sehingga
jangkauan topik yang dipilih terlalu luas. Yang perlu diperhatikan penulis,
topik ibarat nyawa pada tulisan. Jadi topik harus jelas bila ingin tulisan
bagus.
1.2 Mempertimbangkan
maksud atau tujuan penulisan
Maksud
atau tujuan penulisan harus ditentukan penulis. Yang dimaksud tujuan adalah
tujuan menulis, seperti menghibur, memberitahu atau menginformasikan,
mengklarifikasi atau membuktikan, atau juga membujuk.
Tujuan
penulisan penting untuk ditentukan. Hal itu disebabkan tujuan akan memengaruhi
corak dan bentuk tulisan, gaya penyampaian, serta tingkat kerincian isinya.
1.3 Memperhatikan
sasaran tulisan (pembaca)
Sasaran
tulisan adalah pembaca, juga penting diperhatikan. Tidak lain agar isi tulisan
penulis dapat dipahami. Pertanyaan-pertanyaan seperti siapa yang membaca tulisan tersebut, bagaimana level
pendidikan dan status sosialnya, dan apa yang diperlukannya, dapat membantu
penulis menentukan sasaran tulisan.
1.4 Mengumpulkan
informasi pendukung
Penulis
memerlukan informasi pendukung. Informasi-informasi itu dapat diambil dari
bacaan, pengamatan, wawancara, serta pengetahuan dan pengalaman sendiri atau
orang lain. Tujuannya tidak lain agar tulisan tidak dangkal dan kurang
bermakna.
Pengumpulan
informasi dapat dilakukan sebelum, sewaktu, atau sesudah penulisan berlangsung.
Hanya saja, bila penulis tidak mau terganggu saat menulis, lebih baik
pengumpulan informasi dilakukan sebelum menulis.
1.5 Mengorganisasikan
ide dan informasi
Tujuan
mengorganisasikan ide dan informasi agar tulisan runtut dan padu. Caranya
dengan membuat kerangka karangan. Maksud kerangka karangan adalah suatu rencana
kerja yang memuat garis-garis besar karangan yang akan ditulis. Bisa dikatakan,
kerangka karangan ini merupakan panduan penulis untuk mengembangkan tulisan.
Umumnya,
kerangka berisi 3 hal. Yang pertama, pendahuluan atau pengantar (berisi mengapa
dan untuk apa menulis topik tertentu, serta apa yang akan disajikan), isi
(butir-butir penting inti karangan), dan penutup.
Jadi fase persiapan
menulis, bisa disimpulkan sebagai fase mencari, menemukan, dan mengingat
kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam
menulis. Tidak lain agar apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik.
2. Fase Penulisan
Fase menulis adalah saatnya penulis
mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan.
Tentunya dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah penulis pilih.
Struktur tulisan terdiri atas awal, isi, dan penutup.
Awal tulisan berfungsi untuk memperkenalkan dan menggiring pembaca terhadap
pokok tulisan. Bagian ini sangat menentukan pembaca untuk melanjutkan kegiatan
bacanya. Oleh sebab itu, upayakan awal tulisan dibuat menarik. Berlanjut pada
isi tulisan. Penulis menyajikan bahasan topik atau ide utama tulisan.
Ilustrasi, informasi, contoh, bukti, atau alasan merupakan hal-hal yang bisa
memperjelas atau mendukung ide tulisan. Adapun akhir tulisan berfungsi untuk
mengembalikan pembaca pada ide-ide inti tulisan. Bagian ini berisi simpulan.
Penulis juga dapat merekomendasikan atau memberikan saran bila diperlukan.
Hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah tuntutan
untuk mengambil keputusan. Tatakala mengembangkan ide, penulis harus memutuskan
tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan, pola
organisasi tulisan termasuk teknik pengembangan paragraf, serta gaya dan cara
pembahasan (diksi, pengalimatan, dan pengaleniaan). Keputusan tersebut harus
diselaraskan dengan topik, tujuan, corak karangan, dan pembaca.
Jika pengembangan kerangka sudah selesai, berarti penulis
menyelesaikan buram (draft) pertama tulisan. Fase berikutnya, penulis
akan memeriksa, menilai, dan memperbaiki buram tersebut, sehingga benar-benar
menjadi tulisan yang baik.
3. Fase Pascapenulisan
Kegiatan fase akhir ini, penulis
melakukan penyuntingan dan perbaikan (revisi) yang bisa dilakukan berulang
kali. Penulis menghaluskan dan menyempurnakan draft pertama yang sudah
dihasilkan.
Heffernan dan Lincoln (1990: 71-90) serta Tompkins dan
Hosskisson (1995: 216-222) dalam Suparno dkk. (2008: 24) membedakan pengertian
penyuntingan (editing) dan perbaikan atau revisi. Menurut mereka, penyuntingan
adalah pemeriksaan dan perbaikan unsure mekanik tulisan, seperti ejaan,
pungtuasi, diksi, pengalimatan, pengaleniaan, gaya bahasa, pencatatan
kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih
mengarah pada pemeriksaan dan perbaikan isi tulisan. Berbeda dengan Defelice
(1986:67-68) yang menyamakan penyuntingan dan revisi. Keduanya mengacu pada
kegiatan memeriksa, membaca ulang, serta memperbaiki unsur mekanik dan isi
tulisan.
Suparno dkk. (2008:25) mengatakan bahwa penyuntingan dan
perbaikan dapat dilakukan melalui langkah-langkah:
a. membaca keseluruhan
karangan (tulisan);
b. menandai hal-hal yang perlu
diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti,
ditambahkan, disempurnakan;
c. melakukan perbaikan
sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
D. Proses Belajar Menurut Teori
Konstruktivistik
Kegiatan belajar menurut Teori Konstruktivistik lebih
memandang proses belajar daripada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta
yang terpisah-pisah. Pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan
siswa dalam memproses gagasannya. Adapun proses belajar tersebut juga
menjelaskan peran siswa, guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar. Berikut
penjelasannya:
1. Siswa
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan
suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan siswa.
Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru harus mengambil
inisiatif untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal terjadinya
belajar. Namun, hakikat kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Asri Budiningsih (2012: 59) menjelaskan paradigma
konstruktivistik yang memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal itu akan menjadi
dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu, walaupun
kemampuan awal siswa masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat
guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
2.
Guru
Guru berperan membantu siswa agar
proses pengkonstruksian pengetahuan berjalan lancar. Dalam hal ini, guru tidak
mentransferkan pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Guru memang dituntut untuk lebih memahami jalan
pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.
Peran utama guru dalam interaksi
pendidikan adalah pengendalian, meliputi:
a. menumbuhkan
kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan
bertindak;
b. menumbuhkan
kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan siswa;
c. menyediakan system
pendukung yang dapat memudahkan belajar agar siswa memiliki peluang optimal
untuk berlatih.
3. Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media,
peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu
pembentukan pengetahuan siswa. Siswa bebas mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk
berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapi, mandiri, kritis, kreatif,
dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.
4. Evaluasi Belajar
Bentuk-bentuk evaluasi
konstruktivistik dapat diarahkan pada tugas-tugas autentik. Tugas-tugas ini
dapat mengkonstruksi pengetahuan yang
menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi, seperti tingkat penemuan pada
taksonomi Merrill, atau strategi kognitif dari Gagne, serta sintesis pada
taksonomi Bloom. Selain itu juga mengkonstruksi pengalaman siswa dan
mengarahkan evaluasi pada konteks yang luas dengan berbagai perspektif.
E. Media Pembelajaran
E.1 Pengertian media pembelajaran
Arsyad (2011:4) mengartikan media
sebagai alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Heinich (1982) dalam Arsyad (2011) menamakannya medium, yaitu perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media itu membawa
pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung
maksud-maksud pengajaran, media itu disebut media pembelajaran.
E.2 Ciri-ciri media pembelajaran
Tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan media
yang guru tidak mampu, ditegaskan Gerlach dan Ely (1971) dalam Arsyad (2011:
12), yaitu:
1. Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan
media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
objek. Dalam hal ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang
terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
2. Ciri
Manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau
objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang
memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau
tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3. Ciri Distributif
Ciri media yang satu ini
memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan
secara bersamaan disajikan kepada sejumlah besar siswa. Dewasa ini, distribusi
media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada
sekolah-sekolah di wilayah tertentu, tetapi juga media itu dapat disebar ke
seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
E.3 Manfaat media pembelajaran
Guru perlu memerhatikan manfaat media pembelajaran saat
akan menggunakannya. Sudjana dan Rivai (1992) dalam Arsyad (2011: 18-19)
menjelaskan 4 manfaat utama media pembelajaran dalam proses belajar siswa.
Empat manfaat itu adalah:
1. Pembelajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2. Bahan pembelajaran
akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran;
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru.
Siswa menjadi tidak bosan dan guru dapat hemat energi, apalagi kalau guru
tersebut memiliki jumlah jam pembelajaran banyak;
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan
kegiatan belajar. Siswa tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan
lain-lain.
E.4 Kriteria pemilihan media pembelajaran
Kriteria pemilihan media bersumber
dari konsep bahwa media adalah bagian dari pembelajaran secara keseluruhan. Ada
beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, yaitu:
1.
Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai
Tujuan
dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau ditunjukkan
oleh siswa, seperti menghafal, mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan
pemikiran pada tingkatan lebih tinggi, dan sebagainya;
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran
yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi
Agar dapat membantu proses
pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan
tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Misalnya, guru memilih televisi.
Televisi tepat untuk menunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan
manipulasi ruang dan waktu;
3. Praktis, luwes, dan bertahan
Bila guru tidak dapat menyediakan
waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksa.
Guru dapat memilih media yang dapat digunakan di mana pun dan kapan pun dengan
peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke
mana-mana;
4. Guru terampil menggunakannya
Nilai dan manfaat media sangat
ditentukan oleh guru yang menggunakannya. Oleh sebab itu, guru harus
mempertimbangkan kemampuannya, tatkala memilih suatu jenis media pembelajaran;
5. Pengelompokan sasaran
Media dipilih berdasarkan
kesesuaiannya dengan kelompok sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar
belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, sedang, kecil, dan perorangan;
6. Mutu Teknis
Pengembangan visual baik gambar
maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual
pada slide harus jelas, informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin
disampaikan, tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.
F. Android
Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang
untuk perangkat bergerak layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android awalnya
dikembangkan oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian
membelinya pada tahun 2005.
Sistem operasi
ini dirilis secara resmi pada tahun 2007.
Sistem operasi pada android dengan sumber terbuka. Google merilis
kodenya di bawah Lisensi
Apache. Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada
Android, memungkinkan
perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para
pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu,
Android memiliki sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi (apps) yang memperluas
fungsionalitas perangkat. Umumnya
ditulis dalam versi kustomisasi bahasa pemrograman Java.
Adapun
karakteristik android tersebut, memungkinkan juga orang mengembangkan aplikasi
yang digunakan untuk belajar segala sesuatunya. Pada prinsipnya, memudahkan sang pengguna android untuk
menyebarkan dan memeroleh informasi. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Guru dapat menjadikannya sebagai media pembelajaran dan siswa dapat terbantu
saat ingin memahami konsep materi pelajaran yang sedang dipelajarinya.
BAB
III
MEDIA
PEMBELAJARAN EXPLANATION ANDROID
A. Pembuatan Explanation Android
Hakikat media pembelajaran ini merupakan aplikasi yang dikembangkan
dengan android studio. Pemberian nama Explanation Android memiliki makna
aplikasi yang memuat tentang konsep materi teks eksplanasi kompleks. Konsep
yang disampaikan kepada siswa berupa video fenomena alam, struktur dan kaidah
teks eksplanasi kompleks, dan kaidah ejaan yang disempurnakan.
Beberapa tahap pembuatan media
pembelajaran ini ialah:
1. Guru menyiapkan materi teks eksplanasi
kompleks, video fenomena alam, dan kaidah ejaan yang disempurnakan.
2. Materi berupa teks diolah dengan Coral
Draw, sehingga dapat tampil lebih menarik dari sekadar power point saja. Materi
video diperoleh guru dari internet.
3. Mengolah materi dengan menggunakan
Android Studio. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.
Merancang
model tampilan aplikasi berupa gambar, teks, dan pengaturan tema aplikasi
b.
Menyiapkan
sumber materi
(1)
Materi yang dimuat pada aplikasi ini berformat PNG (Portable Network Graphics), sehingga
materi yang awalnya hanya berupa teks, diatur dan ditata sehingga terbentuk
gambar.
(2)
Mengatur resolusi gambar
Hal
ini diperlukan karena ukuran layar setiap smartphone berbasis android berbeda,
sehingga harus disiapkan gambar yang sesuai.
c.
B. Pemanfaatan Explanation Android
Penggunaan media pembelajaran Explanation
Android oleh guru pengampu mapel Bahasa Indonesia, dilakukan saat
kompetensi dasar ‘Memproduksi Teks Eksplanasi Kompleks baik secara lisan maupun
tertulis’. Pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang dibuat guru. Yang
membuat lain daripada waktu sebelumnya, para siswa akan didampingi oleh media
berbasis android.
Perlu diketahui, sebelumnya siswa
sudah memelajari kompetensi dasar ‘Memahami struktur dan kaidah Teks Eksplanasi
Kompleks’ dan ‘Membandingkan Teks Eksplanasi Kompleks’. Oleh sebab itu, asumsinya
para siswa sebelumnya sudah memeroleh konsep tentang jenis teks ini. Hanya
saja, guru merasa siswa perlu pendampingan materi. Tujuannya tidak lain adalah
siswa dapat menulis teks eksplanasi kompleks sesuai dengan aspek-aspek
kebahasaan dan benar dari segi kontennya.
Adapun pemanfaatan media ini oleh
siswa, dimulai dengan pemindahan aplikasi dari ponsel guru ke siswa. Penyebaran
media ini dilakukan dengan fasilitas Bluetooth yang terdapat pada ponsel
android. Siswa yang sudah memeroleh aplikasi ini akan meneruskannya pada siswa
lain. Proses ini bisa dilakukan dengan
ponsel android dari berbagai merk, tetapi minimal android versi 4.0.3 codename
ice cream sandwich. Untuk android di bawah versi tersebut tidak dapat
menerimanya. Demikian seterusnya, sehingga proses share tidak memerlukan
internet atau wi-fi.
Cara penggunaannya mudah. Pertama,
siswa membuka aplikasi android yang
bergambar robot (berwarna hijau) yang berjudul ‘Belajar Bahasa Indonesia’.
Setelah diklik, akan muncul tampilan layar ‘Pilih Materi’. Siswa dapat memilih
materi Teks Eksplanasi Kompleks. Bila dibuka, siswa dapat memilih materi dari
yang sudah tersedia, seperti : Pengertian, Struktur, Kaidah, Perbandingan, dan
Video.
Berkaitan dengan kegiatan menulis
sebagai kegiatan proses, siswa terlebih dahulu menentukan tema teks eksplanasi
kompleks. Dalam hal ini, siswa dapat membuka video tentang proses terjadinya
gempa bumi. Siswa dengan memerhatikan video ini, akan memeroleh pengetahuan
yang benar tentang proses terjadinya gempa bumi. Proses alam yang memiliki
urutan dan mengandung kausalitas. Setelah menyaksikan video tersebut, siswa
sudah dibekali dengan referensi tentang fenomena alam gempa bumi. Sebagai
penulis pemula, referensi berupa video itu sudah cukup memahamkan siswa tentang
proses terjadinya gempa bumi.
Selanjutnya, siswa dapat membuat
kerangka. Kerangka dibuat berdasarkan struktur teks eksplanasi kompleks yang
terdiri atas pembuka, isi, dan penutup. Siswa yang masih memerlukan penjelasan,
guru akan tetap mengarahkannya. Guru juga dapat meminta siswa membuka materi
dari ponselnya tentang pengertian, struktur, dan kaidah teks eksplanasi
kompleks.
Pengembangan kerangka teks dilakukan
setelah siswa menyelesaikan penulisan kerangkanya. Guru meminta siswa untuk
membuka materi ejaan yang disempurnakan. Guru menekankan penjelasan kepada
siswa bahwa penulisan teks eksplanasi kompleks tetap harus memerhatikan
aspek-aspek kebahasaannya. Dengan pendampingan explanation android
ini, siswa dapat mengatasi kesulitannya sendiri dalam hal kaidah penulisan yang benar. Aturan
penggunaan huruf kapital, tanda titik, tanda koma, dan sebagainya, dapat
diketahui dari media pembelajaran ini.
Ketika penilaian terhadap hasil
tulisan siswa dilakukan guru, hasilnya cukup memuaskan. Ada peningkatan
kualitas tulisan, baik dari segi konten maupun aspek-aspek kebahasaannya.
Keruntutan isi tulisan baik, kaidah penulisannya benar, dan lain-lain telah
menunjukkan bahwa media ini dapat mengatasi kesulitan siswa dalam hal menulis
teks.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan yang terdapat
pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Explanation Android adalah media
pembelajaran berbasis android yang digunakan guru saat pembelajaran menulis
teks eksplanasi kompleks.
2. Materi yang digunakan dalam aplikasi
ini hanya memuat tentang teks eksplanasi kompleks, seperti: pengertian,
struktur, kaidah, perbandingan, video, dan kaidah ejaan yang disempurnakan.
3. Explanation Android hanya
berfungsi sebagai pendamping siswa ketika kegiatan menulis teks eksplanasi
kompleks berlangsung. Guru tetap akan menjelaskan dan mengarahkan siswa yang
membutuhkan pemahaman lebih mendalam.
4. Siswa yang dapat menggunakan media
pembelajaran ini harus memiliki ponsel android minimal versi 4.0.3 dengan codename
ice cream sandwich. Versi android di bawahnya, tidak dapat menerima
aplikasi tersebut.
B. Saran
Media
explanation android digunakan guru dengan latar belakang kendala
penggunaan paket internet maupun wi-fi yang terkadang tidak stabil di sekolah. Kalau
didasarkan pada hal tersebut, media ini dapat dikatakan sudah membantu guru dan
siswa. Inilah kelebihan media pembelajaran tersebut.
Namun, media ini dapat dikatakan
masih memiliki kelemahan. Adapun kelemahannya sebagai berikut:
1. Siswa yang dapat mengakses aplikasi ini
harus memiliki ponsel android di atas versi 4.0.3
2. Materi yang dimasukkan pada aplikasi
ini kurang interaktif dan masih terbatas. Kurangnya pengetahuan guru terhadap
pembuatan bahan ajar yang interaktif, menyebabkan wujud materi berupa teks
saja. Ada kecenderungan siswa juga tidak begitu tertarik menggunakan media ini.
Begitu pula dengan keterbatasan materi dalam aplikasi ini. Bila memasukkan
bahan berupa video dalam jumlah yang banyak, dikhawatirkan ketika proses share
akan terjadi kelebihan kapasitas dalam android.
3. Latar belakang guru yang bukan praktisi
teknik informatika, menyebabkan masih membutuhkan orang lain sebagai nara
sumber dalam pembuatan media pembelajaran ini. Konsep android merupakan hal
baru bagi guru.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan
explanation android di atas, guru memberikan saran agar media pembelajaran ini
direkomendasikan bersama oleh sekolah sebagai alternatif media yang digunakan
guru semua mapel. Jika sudah mendapat rekomendasi dari sekolah, para guru akan
mendapatkan pembekalan tentang media pembelajaran berbasis android. Hal
tersebut disebabkan adanya kemungkinan gangguan server, wi-fi, dan paket
internet, media berbasis android ini cukup membantu guru dan siswa dalam
pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad, Azhar.
2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
E. Mayer, Richard. 2009. Multimedia
Learning Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ghazali,
Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa: Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: Refika
Aditama
Https://id.
Wikipedia.org/wiki/Android yang diakses tanggal 10 April 2016
Http://developer.android.com/training yang diakses tanggal 1 April 2016
Soebandi. 2014.
Mandiri Bahasa Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Suparno, dkk. Keterampilan
Menulis. ______
Lampiran 1: RPP
Memproduksi Teks Eksplanasi Kompleks secara Lisan maupun Tulisan
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Penyusunan
Teks secara Mandiri (eksplanasi)
Sekolah :
SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
Mata Pelajaran :
Bahasa Indonesia
Kelas/Semester :
X1/genap
Materi
Pokok : teks eksplanasi
Alokasi waktu : 3 pertemuan x
4 jam pelajaran
A. Kompetensi Inti
KI 1 :
|
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
|
KI 2 :
|
Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
|
KI 3 :
|
Memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
|
KI 4 :
|
Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak untuk mengembangkanilmu bahasa dan sastra
Indonesia secara mandiri dengan menggunakan metode ilmiah sesuai kaidah
keilmuan terkait.
|
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1
Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya
sesuai dengan kaidah dan konteks
untuk mempersatukan bangsa
2.1 Menunjukkan perilaku
tanggung jawab, responsif dan imajinatif dalam menggunakan bahasa Indonesia
untuk mengekspresikan impian, misteri, imajinasi, serta permasalahan remaja dan
sosial
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks.
Eksplanasi secara lisan maupun tulisan.
3.3 Menganalisis teks Eksplanasi secara
lisan maupun tulisan.
4.1 Menginterpretasi teks Eksplanasi secara
lisan maupun tulisan.
4.2 Memproduksi teks Eksplanasi secara
lisan maupun tulisan.
4.3 Menyunting
teks Eksplanasi secara lisan maupun tulisan.
4.4 Mengabstraksi teks eksplanasi secara lisan maupun
tulisan.
C.
Indikator
3.1.1 Mampu menjelaskan struktur teks.
3.1. 2 Mampu menjelaskan ciri
kebahasaan teks (kata kerja material dan relasional, kata serapan, istilah
asing dan konjungsi).
3.3.1 Mampu menganalisis struktur
dan kaidah kebahasaan dua teks.
3.3.2 Mampu menjelaskan fungsi teks
4.1.1 Mampu menyimpulkan isi teks
4.1.2 Mampu menggunakan kaidah kebahasaan dalam teks ke dalam kalimat .
4.2 Mampu menulis teks sesuai dengan struktur dan kaidah teks.
4.3 Mampu menyunting teks
4.3 Mampu mengabstraksi teks.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta
1. Berbagai contoh teks eksplanasi.
2. Konsep
1.
struktur teks
2.
kaidah yang terdapat dalam teks
3.
cara meringkas/ abstraksi meliputi : paragraf deduktif
dan induktif, ide pokok, kalimat utama, simpulan
3, Prinsip
Karakteristik teks eksplanasi dan cara mengabstraksi
4.
Prosedur
Prosedur penulisan teks sesuai dengan struktur teks.
D.
Metode Pembelajaran
·
Diskusi, tanya jawab, kaji pustaka, ceramah, discovery
·
Media berbasis android
E.
Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan 1: 2 x 45 menit
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
waktu
|
Pendahuluan
|
·
Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan
dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya
·
Guru memberi motivasi secara kontekstual
tentang berbagai masalah dalam teks.
·
Siswa menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
·
Siswa menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
·
Apersepsi dan Motivasi.
Contoh teks digunakan sebagai
stimulan dengan sejumlah pertanyaan untuk memasuki kegiatan ini (naskah
diserahkan pada guru untuk memilih)
|
15 menit
|
Isi
(kegiatan
Inti)
|
C. Penyusunan Teks secara Mandiri
Mengamati
· Membaca
kembali atau mencari contoh lain teks eksplanasi
Menanya
· Menanya tentang
isi teks eksplanasi
· Menanya tentang cara mengabstraksi,memproduksi/menulis, dan menyunting teks eksplanasi.
|
30
menit
30
menit
|
Penutup
|
Menyampaikan
hasil pemahaman memproduksi, mengabstraksi teks
|
15
menit
|
Pertemuan 2: 2 x 45 menit
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
waktu
|
Pendahuluan
|
·
Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan
dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya
·
Guru memberi motivasi secara kontekstual
tentang berbagai masalah dalam teks.
·
Siswa menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
·
Siswa menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
·
Apersepsi dan Motivasi.
Siswa mendapat penjelasan dari guru tentang bahan
teks dari media
|
15 menit
|
Isi
(kegiatan
Inti)
|
C. Penyusunan Teks secara Mandiri
Mengumpulkan informasi
· Menentukan tema teks eksplanasi
· Mengumpulkan bahan teks eksplanasi
Menalar/Mengasosiasi
· Membuat kerangka teks eksplanasi
· Mengembangkan kerangka menjadi teks eksplanasi
kompleks
|
30
menit
30
menit
|
Penutup
|
Guru menugaskan siswa untuk menyelesaikan teks eksplanasi
kompleks
|
15
menit
|
Pertemuan 3 : 2 X 40 menit
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
waktu
|
Pendahuluan
|
·
Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan
dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya
·
Guru memberi motivasi secara kontekstual
tentang berbagai masalah dalam teks.
·
Siswa menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
·
Siswa menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
·
Apersepsi dan Motivasi.
|
5
menit
|
Kegiatan
inti
|
Mengomunikasikan
· Membacakan teks eksplanasi kompleks yang diproduksi
· Menanggapi
saran dari teman/guru
untuk perbaikan
|
30 menit
|
Penutup
|
· Menyampaikan hasil pemahaman tentang
memproduksi teks eksplanasi kompleks
·
Memberikan tes kognitif
·
Siswa dan
guru mengakhiri pembelajaran dengan doa penutup
|
55 menit
|
F.
Penilaian
1.
Jenis/teknik
penilaian
a.
Kompetensi
Sikap:
·
Observasi
·
Penilaian dirii
·
Penilaian
antarteman
·
jurnal
b.
Kompetensi
Pengetahuan:
·
Tes tertulis
a.
Objektif
§
Pilihan ganda
b.
Nonobjektif
·
Uraian bebas
·
Uraian terbatas
·
Tes lisan
·
penugasan
c.
Kompetensi Keterampilan:
·
Tes praktik/unjuk
kerja/kinerja (dari presentasi)
·
Tertulis
·
Projek
·
Portofolio.
2.
Bentuk
instrumen dan instrumen
3.
Pedoman
penskoran
Rubrik Instrumen
a.
Peniaian Sikap
b.
Penilaian
Pengetahuan
Penilaian Pengetahuan
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
Teknik
Penilaian
|
Bentuk
Penilaian
|
Instrumen
|
3.1.1 Mampu menjelaskan struktur teks.
3.1. 2 Mampu menjelaskan ciri
kebahasaan teks (kata kerja material dan relasional, kata serapan, istilah
asing dan konjungsi).
3.3.1 Mampu menganalisis
struktur
3.3.2 Mampu menganalisis kaidah kebahasaan dua
teks.
3.3.2 Mampu menjelaskan fungsi teks
4.1.1 Mampu menyimpulkan isi teks
4.1.2 Mampu menggunakan kaidah kebahasaan dalam teks ke dalam kalimat .
4.2 Mampu menulis teks seuai dengan struktur dan kaidah teks.
4.3 Mampu menyunting teks
4.3
Mampu mengabstraksi teks.
|
Tes tertulis
|
PG (terlampir)
Isian singkat
|
1. Jelaskan struktur teks.
2. Jelaskan
ciri kebahasaan teks (kata kerja material dan relasional, kata serapan,
istilah asing dan konjungsi).
3. Analisislah struktur
teks tersebut.
4. Analisislah kaidah kebahasaan
teks.
5. Jelaskan fungsi teks
6. Simpulkan isi teks tersebut.
7. Tulislah teks eksplanasi singkat sesuai dengan strukturnya.
8. Suntinglah teks tersebut sesuai dengan kaidah EYD.
9. Abstraksilah teks tersebut.
Catatan untuk siswa: Untuk tugas menyunting
bawalah teks eksplanasi dari
beberapa media
|
G.
Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
a.
Media
:
·
Aplikasi
android
·
Lab
bahasa
b.
Alat/bahan
·
LCD,
Tape recorder,laptop
·
Naskah
teks nonfiksi
·
Buku-buku
karya sastra
·
Koran, majalah, kliping tentang puisi dll.
c.
Sumber
Belajar
·
Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik . 2013.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sidoarjo, 25
Maret 2016
|
||||||
Mengetahui
|
Guru Pengajar
Bahasa Indonesia
|
|||||
Kepala SMA
Muhammadiyah 2 Sidoarjo
|
||||||
Wigatiningsih,M.Pd
|
Siti Agustini
|
|||||
KARYA ILMIAH INOVASI PEMBELAJARAN:PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN EXPLANATION ANDROID SEBAGAI PENDAMPING SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO KELAS XI MIA 3 TAHUN PELAJARAN 2015/2016 UNTUK TERAMPIL MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS DALAM MAPEL BAHASA INDONESIA
Reviewed by agustin
on
Mei 09, 2017
Rating:
Tidak ada komentar